Makalah sejarah dan perkembangan linguistik historis komperatif
SEJARAH
DAN PERKEMBANGAN
LINGUISTIK
HISTORIS KOMPARATIF
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2013
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
wr.wb
Puji syukur kita panjatkan atas
kehadirat Allah SWT. karena dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya kita masih
tetap aksis dalam menjalankan aktivitas terutama dalam menyelesaikan tugas ini.
Sholawat dan salam selalu terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. yang
telah memperjuangkan umatnya dari jaman jahiliyah menuju jaman islamiyah.
Kedua kalinya kami ucapkan
terimakasi kepada dosen pengampu akademik, karena atas kesempatan yang telah
diberikan, kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan secepat mungkin.
Sebagai kata selanjutnya, kami
menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan
tugas ini terdapat kekeliruan dan kekurangan dalam kata maupun penyampaiannya,
karena itulah batas pemikiran dan kemampuan kami. Namun, demi perbaikan dan
kesempurnaan tugas ini kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari para pembaca.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………………….......
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………...…...
BAB
I PENDAHULUAN………………………………………………..…………
1.1 Latar
Belakang………………………………………………………..………...
1.2 Rumusan
Masalah………………………………………………..……………..
1.3 Tujuan……………………......…………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN……………..…………………………………………….
2.1 Pengertian Linguistik Historis
Komparatif…………………........……………
2.2. Sejarah Linguistik Historis
Komparatif dan Tokoh-Tokohnya………………
2.3 Pembahasan Linguistik Historis
Komparatif…………………………………
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………
3.1 Simpulan………………………………………………………………………
3.2 Saran……………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Linguistik historis komparatif
adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang membandingkan bahasa-bahasa yang
serumpun serta mempelajari perkembangan bahasa dari satu masa keA masa yang lain dan mengamati
bagaimana bahasa-bahasa mengalami perubahan serta mencari tahu sebab akibat
perubahan bahasa tersebut. Sejarah perkembangan linguistik historis komparatif
berlangsung selama empat periode.
Di dalam Linguistik komparatif untuk
menentukan hubungan kekerabatan bahasa yaitu dengan menggunakan 3 metode yaitu
metode kuantitatif dengan teknik leksikostatistik dan teknik grotokronologi,
metode kualitatif dengan teknik rekonstruksi dan metode sosiolinguistik. Metode
kualitatif dengan teknik grotokronologi digunakan untuk menentukan waktu pisah
antara bahasa-bahasa yang berasal dari bahasa awal.
Tujaun
linguistik historis komparatif yaitu:
1.
Mempersoalkan
bahasa-bahasa yang serumpun dengan membandingkan mengenai unsur-unsur yang
menunjukkan kekerabatannya. Bidang-bidang yang digunakan untuk membandingkannya
adalah fonologi dan morfologi.
2.
Mengadakan
rekonstruksi bahasa-bahasa yang ada pada saat ini. Pada bahasa purba atau
berusaha menunjukkan bahasa proto yang melahirkan bahasa modern.
3.
Mengadakan
pengelompokkan bahasa yang termasuk bahasa serumpun.
Dalam hal ini contoh kajian
linguistik historis komparatif adalah bahasa Sunda dan bahasa Betawi dan
hasilnya ada beberapa kata yang memiliki makna serta bentuk yang sama yaitu Tuman, dan ada beberapa kata yang
maknanya sama tetapi bentuk yang sedikit berbeda yaitu Asap dan Belah.
Hal tersebut menunjukkan bahasa
Betawi dan bahasa sunda memiliki hubungan kekerabatan dari bahasa serumpun
karena bahasa Sunda dan bahasa Betawi merupakan masuk ruang lingkup bahasa
Austronesia.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1 Apa pengertian linguistik historis
komparatif?
1.2.2 Bagaimana sejarah dan perkembangan
linguistik historis komparatif?
1.3 Tujuan
Melalui makalah ini maka diharapkan kepada seluruh siswa
untuk dapat memahami sejarah dan perkembangan linguistik historis komparatif serta sebagai
pemenuhan kewajiban tugas dari dosen.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Linguistik Historis
Komparatif
Linguistik historis komparatif adalah salah satu cabang ilmu
linguistik yang membandingkan bahasa-bahasa yang serumpun serta mempelajari
perkembangan bahasa dari satu masa ke masa yang lain dan mengamati bagaimana
bahasa-bahasa mengalami perubahan serta mencari tahu sebab akibat perubahan
bahasa tersebut. Perkembangan bahasa mengakibatkan adanya perubahan, perubahan
itu ada dua yaitu perubahan external history dan internal history.
Internal history yaitu perkembangan atau perubahan bahasa
yang terjadi dalam sejarah bahasa tersebut, perubahan itu mencakup kosa kata,
struktur kalimat dan lain-lain. Sedangkan, Eksternal history yaitu perkembangan
atau perubahan bahasa yang terjadi di luar sejarah bahasa tersebut, perubahan
itu mencakup sosial, budaya, politik, geografis dan lain-lain.
ü Pengertian
LHK menurut beberapa ahli
Alwasilah (dalam Suhardi, 2013:17) menjelaskan pengertian
linguistik komparatif sebagai kajian atau studi bahasa yang meliputi
perbandingan bahasa-bahasa serumpun atau perkembangan sejarah suatu bahasa.
Menurut Robins (1975) Linguistik Komparatif termasuk dalam
bidang kajian linguistik memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan
sumbangan berharga bagi pemahaman tentang hakekat kerja bahasa dan perkembangan
(perubahan ) bahasa-bahasa di dunia.
Menurut keraf (1948:22) mengatakan Linguistik bandingan
historis (Linguistik Historis Komparatif) adalah suatu cabang ilmu bahasa yang
mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan – perubahan unsur
bahasa yang erjadi dalam bidang wakru tersebut.
Menurut Verhaar (dalam Suhardi, 2013:25), kajian linguistik
historis-komparatif dapat dikelompokkan menjadi:
1.
Kajian
linguistik sinkronis
2.
Kajian
linguistik diakronis
2.2 Sejarah Linguistik Historis Komparatif dan
Tokoh-Tokohnya
Sejarah perkembangan linguistik historis komparatif
berlangsung selama empat periode yaitu:
Periode pertama dimulai pada tahun 1830-1860, bermula
dari seorang tokoh yang meletakan dasar-dasar ilmu perbandingan bahasa
berkebangsaan Jerman Franz Boop yakni meneliti asal mula akhiran kata kerja
yang menurut pendapatnya semua akhiran bentuk kata kerja berasal dari
bagian-bagian yang tadinya terlepas dari pokok kata sedangkan bagian yang
selalu ada ialah perkataan sein. Boop membandingkan akhiran-akhiran dari kata
kerja dalam bahasa Sanskerta, Yunani, Latin, Persia, dan German (terbit tahun
1816).
Dalam usaha menemukan bentuk asal,
Boop menggunakan trias-teori yang menyatakan bahwa tiap kalimat sebenarnya
terdiri dari tiga bagian, yakni: subjek, predikat, dan kopula. Tentang hal
bunyi Boop terpengaruh oleh Grimm dengan menyatakan bahawa bahasa primitif
hanya mempunyai tiga jenis bunyi, yakni /a, i, u/. Perubahan bunyi disebabkan
oleh sesuatu yang mekanis dan ia sendiri mengira bahwa perubahan itu bergantung
pada “beratnya” akhiran.
Sehubungan dengan klasifikasi bahasa
Boop membagi bahasa atas tiga jenis:
a. Bahasa-bahasa tanpa akar dan tanpa
tenaga pembentuk, jadi tidak memiliki organisme tata bahasa, misalnya bahasa
Tionghoa.
b. Bahasa-bahasa dengan akar kata yang
terdiri dari satu suku kata, mempunyai organisme tata bahasa.
c. Bahasa-bahasa dengan akar kata
terdiri dari dua suku kata dan konsonan mutlak.
Tahun 1818 Ramus Kristian Rusk,
terbit bukunya yang berjudul Undersogelse om det gamle nordiske eller is
landske Sprongs Oprindelse (= penyelidikan tentang asal mula bahasa Nur kuno
atau Islandia). Melakukan penelitian kata-kata dalam bahasa German mengandung
unsur-unsur bunyi yang teratur hubungannya dengan kata-kata bahasa Indo Eropa
lainnya. Perbandingan bahasa German
Utara dengan bahasa Baltik, Slavia dengan Keltik, serta dimasukkan bahasa Baskia dan
Finno-Ugris. Pendapat Rask yang sangat penting adalah pergeseran bunyi-bunyi di
dalam bahasa-bahasa Jerman yang kemudian dikonkretkan oleh J. Grimm sehingga
dapat dikatakan bahwa Grimm adalah penerusnya. Rask berpendapat bahwa kalau ada
persamaan antar dua bahasa, maka hal itu disebabkan oleh kekeluargaan bahasa
tersebut.
Pada tahun 1819 Jacob Grimms dalam
karangannya Deutsche Grammatika merupakan permulaan studi linguistik German
dari Jerman. Dari dialah berasal klasifikasi dalam bentuk kata kerja lemah dan
kata kerja kuat bahasa Jerman, pengertian Ablaut dan Umlaut. Dalam bukunya yang
kedua dikenal dengan hukum Grimm. Hukum ini membahas mengenai Lautverschiebung.
Hukum ini sangat penting dalam bidang bahasa.
Tahun 1822 Deutsche Grammatik terbit
untuk kedua kalinya. Grimm membuat teori berdasarkan pikiran Rasmus Rask, mengenai
Lautverschiebung., yaitu:
1) Jika bahasa Gothik mempunyai f, maka bahasa
Indo-Eropa lainnya mempunyai bunyi p; sebuah bunyi p akan menjadi b dalam bahas
lainnya; sebuah bunyi th akan menjadi t dan bunyi t akan menjadi d dan
sebagainya.
2) Grimm menggambarkan Lautverschiebung
dari bunyi beraspirata bahasa Indo-Eropa menjadi tak beraspirata dan menjadi
bunyi bersuara menjadi tak bersuara, bh, dh, gh menjadi b, d, g, dan b,d, g
menjadi p, t, k.
Tahun 1808 Friedrich von Schlegel
menerbitkan buku berjudul Uber die Sprache und Weisheit der Inder. Dalam
karangannya ia menekankan studi perbandingan “struktur dalam” bahasa (bidang
morfologi) untuk menjelaskan hubungan genetik bahasa. Beliaulah yang
memperkenalkan tata bahasa perbandingan/ Vergleichende Grammatik. Yang
diperbandingkan adalah bentuk infleksi dan derivasi dari bahasa Sanskrit,
Yunani, Latin, Indo-Eropa lainnya. Dari hasil perbandingan ternyata persamaan
itu bukan berasal dari peminjaman, melainkan karena persamaan asal, yang
menurut pendapatnya bahawa bahasa Sansekerta lebih tua jika dibandingkan bahasa
lain.
Menurut Friedrich von Schlegel ada dua kelompok bahasa
yakni:
a. Bahasa yang bermacam-macam makna
yang ditentukan oleh perubahan bunyi dalam root (= bahasa fleksi)
b. Bahasa yang bermacam-macam makna disebabkan
oleh afiks (bhs. Afiks)
Berdasarkan pengelompokan ini F. von
Schalegel membuat klasifikasi bahasa atas: bahasa fleksi, bahasa afiks, bahasa Tionghoa (bahasa
yang partikelnya membentuk makna baru).
Dalam pertumbuhannya, bahasa mulai dari bahasa Tionghoa,
lalu menjadi bahasa afiks, dan terakhir menjadi bahasa fleksi. Pendapat ini
diambil alih oleh saudaranya, A. W. Schlegel (1767-1845) dan membuat
klasifikasi bahasa menjadi:
1.
Bahasa
tanpa struktur tata bahasa
2.
Bahasa
yang menggunakan afiks
3.
Bahasa
yang berfleksi
4.
Bahasa
fleksi dibaginya lagi menjadi
5.
Bahasa
sintetis
6.
Bahasa
analitis
Bahasa sintetis tak dapat diteliti lagi asal mulanya
sedangkan bahasa analitis tercipta pada zaman sejarah.
F.Pott (1802-1887) Menyelidiki etimologi kata-kata dengan
metode yang lebih baik dan objek penyelidikannya dari bahasa-bahasa Indo
German. Wilhelm von Humboldt (1767-1835).
Humboldt adalah penegak pertama linguistik umum. Beliau
adalah ahli tata Negara, filologi klasik, filsafat dan belletri (sastra indah).
Dari tahun 1802-1819 Humboldt menjadi diplomat Prusia anatara lain menjadi duta
di Roma, menteri agama di Berlin, bahkan menjadi utusan ke Kongres Wina.
Pandangannya tentang bahasa dapat di baca pada bukunya yang
berujudl Ueber die Kawisprache auf der Insel Java.
Pandangannya bersifat historis dan filosofis. Beliau
beranggapan bahwa bahasa tidaklah terjadi karena sangat dibutuhkan. Berbahasa
merupakan keinginan batin manusia karena manusia adalah makhluk bernyanyi yang
menghubungkan pikiran dengan bunyi. Selanjutnya beliau mengatakan bahwa: “Tiap
perbuatan menimbulkan kesan”. Tiap kesan menjadi objek pemikiran. Tiap objek
pemikiran menjadi objek pernyataan. Untuk tiap objek pernyataan harus dicarikan
cara menyatakan yakni dengan bahasa. Tiap bentuk pernyataan (= bahasa) kembali
kea lam pikiran. Jadi, bahasa bukanlah pekerjaan (= ergon) melainkan kegiatan
(= energia). Bahasa merupakan pekerjaan jiwa yang selalu diulang untuk
menggunakan bunyi-bunyi yang berartikulasi guna menyatakan pikiran.
Bahasa itu sendiri berwujud dua, yakni bentuk, form atau
aussere lautform atau artikulierte laut, dan makna, meaning atau innere form=
bentuk batin. tentang innere form (bentuk batin), Humboldt membedakan dua
substansi, yakni das Bestandige dan das Gleichformig. Keduanya terletak dalam
jiwa manusia. Das Bestandige adalah dorongan jiwa yang didalamnya ada
bagian-bagian yang saling berhubungan dan berimbang. Untuk itu ia berpendapat
bahwa setiap bahasa mempunyai sistem dan karena itu tak ada bahasa yang
primitif dan tak ada bahasa yang istimewa.
Humboldt membuat juga klasifikasi bahasa yang didasarkannya
pada lautfrom. Untuk itu dia membagi bahasa atas empat jenis:
1.
Bahasa
monosilabel, bahasa yang hanya terdiri dari root dan tak mengalami perubahan
bentuk.
2.
Bahasa
aglutinasi (inggris, agglutinate= meletakan, merekatkan, menjadi satu, gluten=
perekat), bahas temple-menempel. Perubahan bentuk diperoleh dari melekatkan
afiks.
3.
Bahasa
fleksi, bahasa yang mengenal konyugasi, kasus.
4.
Bahasa
inkorporsai (Inggris, In corporate= memasukan ke dalam). Sifat bahasa ini yakni
patient dimasukkan kedalam bentuk kata kerja.
Periode kedua terjadi dalam kurun waktu 1861
hingga 1880, August Schleicher bermula dari Beliau adalah ahli linguistik.
Meskipun bahasa yang betul-betul dikenalnya adalah bahasa Slavia dan Lithaunia
(= salah satu bahasa Baltis), mempelajari bahasa Ceko dan dapat berbicara dalam
bahasa Rusia.
Schleicher berpendapat bahwa pertumbuhan bahasa bersifat
historis, tetapi pertumbuhan itu didapati dalam alam dengan bentuk yang
semurni-murninya. Pentingnya Schleicher bagi kemajuan linguistik terletak dalam
dua hal yakni:
a.
Memulai
dengan rekonstruksi bentukan asli bahasa Indo-Jerman dengan jalan
membanding-bandingkan dengan bahasa lain yang dikenalnya,
b.
Menentukan
asal mula timbulnya bahasa-bahasa Indo-Jerman. Dianngapnya bahawa bahasa
Indo-Jerman asal itu tinggal di Asia Tengah yang kemudian berubah karena
perceraian bangsa. Indo-Jerman, Utara, Selatan Slavia, Asia Jerman Bahis, Iran
Sanskerta.
Schleicher menyebut dirinya seorang Glottiker dan dengan menerapkan
konsepsi Botani dalam linguistic, ia mengemukakan Stammbaumtheorie (= teori
pohon). Jadi, ada bahasa induk yang dinamainya Grundsprahe dan dari bahasa
induk dapat ditelusuri bahasa purba atau yang disebutnya Ursprache. Berdasarkan
klasifikasinya bahasa dibagi atas tiga jenis, yakni :
a. Bahasa isolasi (misalnya tionghoa)
b. Bahasa aglutinasi inklusif bahasa
inkorporasi
c. Bahasa fleksi
G. Curtius (1820-1885) Menerapkan metode perbandingan untuk
Filologi Klasik , khususnya mempelajari bahasa Yunani . Max Muller dan D.Whitney (1827-1894) Muller
menghubungkan kelas-kelas bahasa dengan tipe-tipe sosial; bahasa isolatif
(bahasa keluarga); bahasa aglutinatif (bahasa pengembara); bahasa fleksi (bahasa masyarakat yang sudah mengenal
negara). Sedangkan, Whitney menambahkan istilah polisintesis untuk menyebutkan
bahasa inkorporatif.
Periode ketiga berlangsung dari tahun 1889 sampai
akhir abad ke-19 yaitu muncul airan yang bernama junggrammatiker yang mengandung hukum Grimm. Aliran ini bergerak di
Leipzig, salah satu muridnya adalah Leonard Bloomfil yang menjadi linguis
strukturalis Amerika. Menjadikan linguistik historis komparatif sebagai sebuah
ilmu yang eksak dalam metode-metodenya. Tokoh yang terpenting Karl Brugmann, H.
Osthoff, dan A. Leskien. Selain itu J. Schmidt
mencetuskan sebuah teori batu yang disebut wallentheori. Ia kemudian melahirkan
hukum verner dan pada tahun 1880 Hermann Paul mengeluarkan buku prinzipen der
sprachgescichte (1880). Ahli lainnya H. Steinthal mencoba membagi bahasa dengan
landasan psikologi dan Fr. Muller menerbikan bukunya grundriss der
sprachwissenchaft (1876-1888).
Periode keempat lahir pada abad ke-20 ketika
fonetik berkembang menjadi studi ilmiah dan lahirnya cabang linguistik yaitu
psikolinguistik dan sosiolinguistik. Muncul pula aliran praha sebagai reaksi
terhadap studi bahasa individual atau idiolek.
2.3
Pembahasan Linguistik Historis
Komparatif
Linguistik historis komparatif merupakan bidang kajian
linguistik yang memiliki peranan sangat besar dalam memberikan kontribusi yang
berharga dalam bagi pemahaman, cara kerja dan perkembangan bahasa-bahasa di
dunia. Tugas utama dari linguistik historis komparatif ini adalah menganalisis
dan memberikan penjelasan mengenai hakikat perubahan suatu bahasa. Pada umumnya
hakikat suatu bahasa memiliki struktur bahasa(dimensi sinkronis) dan selalu
mengalami perubahan bahasa (dimensi diakronis).
Linguistik sinkronis adalah mempelajari bahasa berdasarkan
gejala-gejala bahasa yang bersifat sezaman yang diujarkan oleh pembicara juga
mempelajari bahasa-bahasa pada masa tertentu mempunyai struktur-struktur atau
unsur-unsur bahasa yang disebut unsur fonologi, morfologi, sintaksis dan
lain-lain. Linguistik diakronis disebut juga sebagai pendekatan historis
(komparatif) karena kecenderungan kajiannya yang berpusat pada analisis
perbandingan (komparatif) bahasa-bahasa sepanjang waktu (historis).
Tujuan mempelajari bahasa secara diakronis adalah untuk
mengetahui sejarah struktural bahasa itu beserta dengan segala bentuk perubahan
dan perkembangannya. Hasil kajian diakronis sering kali diperlukan untuk
menerangjelaskan deskripsi studi sinkronik (Chaer, 2007).
Dalam mempelajari bahasa diakronis, kita dapat menggunakan
metode kuantitatif untuk menganalisis bahasa juga dari segi dimensi sinkronis,
namun juga dapat digunakan dalam kajian linguistik tipology dan linguistik
kontrasif . linguistik tipology dengan metode komparatif digunakan untuk
mengkaji bahasa secara struktural berdasarkan dimensi sinkronis. Tujuannya
untuk mengamati persamaan dan perbedaan tipe bahasa-bahasa di dunia berdasarkan
kajian struktural berbagai tataran kebahasaan secara sinkronis. Sedangkan
linguistik kontrasif dengan metode komparatif bertujuan untuk membandingkan
bahasa-bahasa berdasarkan kajian struktur berbagai tataran kebahasaan secara
sinkronis untuk tujuan didaktis tertentu dalam rangka mencapai keberhasilan
pengajaran bahasa.
Di dalam Linguistik komparatif untuk menentukan hubungan
kekerabatan bahasa yaitu dengan menggunakan 3 metode yaitu metode kuantitatif
dengan teknik leksikostatistik dan teknik grotokronologi, metode kualitatif
dengan teknik rekonstruksi dan metode sosiolinguistik. Metode kualitatif dengan
teknik grotokronologi digunakan untuk menentukan waktu pisah antara
bahasa-bahasa yang berasal dari bahasa awal.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Linguistik historis komparatif
merupakan bidang kajian linguistik yang memiliki peranan sangat besar dalam
memberikan kontribusi yang berharga dalam bagi pemahaman, cara kerja dan
perkembangan bahasa-bahasa di dunia. Tugas utama dari linguistik historis
komparatif ini adalah menganalisis dan memberikan penjelasan mengenai hakikat
perubahan suatu bahasa. Pada umumnya hakikat suatu bahasa memiliki struktur
bahasa(dimensi sinkronis) dan selalu mengalami perubahan bahasa (dimensi
diakronis).Sejarah linguistik dimaksudkan sebagai uraian kronologis tentang
perkembangan linguistik dari masa ke masa, dari periode ke periode. Linguistik
Historis Komparatif Linguistik historis komparatif memperbandingkan
bahasa-bahasa dari periode ke periode yang lain. Linguistik historis komparatif
bertujuan untuk mengelompokkan bahasa-bahasa atas rumpun-rumpun dan berusaha
menemukan sebuah bahasa purba atau proto language yang menurunkan bahasa-bahasa
tersebut. linguistik juga menentukan arah penyebaran baahasa-bahasa.
3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami
banyak mendapat tantangan dan hambatan yang karenakan kekuranagan pengetahuan
dan pengalaman. Akan tetapi, kekompakan
dan kerjasama akhirnya dapat teratasi.
Penulis menyadari bahwa penyusunan
makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyusunan maupun
materinya. Kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan dari semua
pihak, agar dalam penyusunan makalah kedepan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Keraf,
Gorys. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta. PT. Gramedia.
Suhardi.
2013. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Chaer,
Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rinneka Cipta.
Comments
Post a Comment